Sumbarkita – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menambah jumlah alat pendeteksi sensor gempa untuk menghadapi ancaman gempa berkekuatan besar di zona megathrust.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan jumlah sensor gempa saat ini mencapai 530 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah itu melonjak drastis dari yang sebelumnya hanya 176 unit sebelum tahun 2019.
Menurut Dwikorita lonjakan jumlah sensor gempa itu tak lepas dari ‘trauma’ masa lalu ketika gempa dahsyat mengguncang Aceh pada 2004. Gempa yang bersumber di zona Megathrust Andaman-Sumatera itu mengeluarkan kekuatan hingga Magnitudo 9,3 sehingga memicu tsunami.
“Jadi memang berdirinya Indonesian Tsunami Early Warning System, itu ya karena gara-gara gempa dan tsunami megathrust yang terjadi di Banda Aceh,” jelas Dwikorita saat rapat di DPR RI beberapa waktu lalu, dikutip Sabtu (31/8).
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, setidaknya sampai saat ini terdapat 13 megathrust yang mengepung Indonesia.
Saat ini ada dua segmen megathrust yang “tinggal menunggu waktu” untuk melepas energi besarnya, yakni zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Dua segmen megathrust ini masuk dalam zona seismic gap.
Seismic gap merupakan zona sumber gempa potensial tapi belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir. Zona ini diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan/stress kerak Bumi.