Sumbarkita – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) segera melakukan pemeriksaan genetik terhadap indukan dan keturunan harimau sumatera di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi. Langkah ini menyusul kematian seekor anak harimau sumatera jantan pada 1 Juli 2025 lalu.
Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko menyampaikan bahwa pemeriksaan genetik dilakukan untuk memvalidasi dugaan adanya kelainan hereditas yang menyebabkan kematian anak harimau tersebut.
“Kemenhut melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan tim medis TMSBK akan melakukan pemeriksaan genetik pada induk dan keturunannya, untuk memvalidasi adanya dugaan kelainan hereditas,” ujarnya, dikutip Antara, Sabtu (5/7).
Kematian anak harimau tersebut diduga disebabkan oleh kombinasi malanutrisi dan kelainan genetik. Berdasarkan hasil observasi lapangan, riwayat perkembangbiakan, serta nekropsi, ditemukan indikasi kuat bahwa faktor genetik dan perilaku maternal induk turut berperan.
“Indukan harimau ini berusaha menolak anaknya sendiri, yang tercermin dari keengganannya menyusui dan merawat anaknya,” jelas Satyawan. Ia menambahkan, perilaku ini dapat terjadi di alam liar akibat stres atau cacat genetik, yang memperkuat dugaan adanya kelainan genetik yang diturunkan.
Satyawan juga menegaskan bahwa Kemenhut akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar perawatan, nutrisi, dan manajemen stres di kandang harimau. Kajian terhadap perilaku maternal juga akan menjadi bagian penting dalam evaluasi ini, guna meningkatkan keberhasilan program pengembangbiakan (breeding) di masa depan.
Sementara itu, Kepala Balai KSDA Sumatera Barat, Hartono, menjelaskan bahwa bayi harimau jantan tersebut lahir pada Rabu pagi, 24 Juni 2025, dari pasangan indukan bernama Yani dan pejantan Bujang Mandeh. Sesaat setelah kelahiran, tim dokter hewan dan penjaga kandang langsung melakukan pemantauan intensif.
“Pada awal kelahiran, induk harimau Yani tampak sangat lelah dan belum mau menyusui anaknya. Namun menjelang siang, Yani mulai memberikan susu kepada anaknya,” kata Hartono.
Meskipun telah dilakukan upaya pemberian susu tambahan dan evakuasi medis, nyawa anak harimau tersebut tidak berhasil diselamatkan. Proses investigasi lanjutan akan terus dilakukan untuk memastikan penyebab kematian secara menyeluruh.
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satwa endemik yang berstatus sangat terancam punah dan menjadi salah satu spesies prioritas dalam program konservasi nasional.