SUMBARKITA.ID — Ilham Aidit, putra pemimpin senior Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit (Alm) menyebut PKI mustahil bangkit kembali di Indoensia.
Menurut Ilham, komunisme sudah tidak punya ruang di Indonesia setelah tragedi 30 September 1965.
“Saya pikir enggak mungkin ada sebuah Partai Komunis bisa hadir, saya enggak bisa bayangkan, kalau partai itu dideklarasi saja hari pertama langsung dikepruk, orang yang mendaftar pun mungkin enggak ada,” ucap Ihlam.
“Jadi enggak ada logika bahwa Partai Komunis di Indonesia itu bisa kembali hidup,” kata anak bos PKI itu.
Ilham lantas menanggapi pernyataan dari Sekretaris Badan Pekerja Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Syahganda Nainggolan yang menilai ideologi komunis tidak akan pernah hilang di Indonesia.
“Kalimat saya sebetulnya sederhana untuk kawan KAMI. Kalau mau nyapres, mau cawapres ya udah ikutan pemilu aja entar 2024, enggak usah koar-koar macem-macem, kalau perlu bikin partai aja jelas jalur konstitusional,” kata Ilham.
“Tapi enggak usah ngangkat-ngangkat lagi soal isu PKI untuk jualan acara 2024 nanti. Apapun pembelaannya saya pikir agendanya jelas itu untuk 2024,” tutur Ilham.
Ilham kemudian menjelaskan bahwa terdapat berbagai macam versi dari peristiwa Gerakan 30 September atau G30S pada tahun 1965.
“Saya ingin menyampaikan bagaimana sih sebaiknya kita melihat peristiwa G30S PKI. Selalu orang melihat dari sisi hari H, sisi terbunuhnya para jenderal. Sejarawan sebut ada empat sampai enam versi, orang selalu tertarik pada peristiwa itu,” imbuhnya.
Menurut Ilham, persitiwa G30S PKI terus menimbulkan perdebatan hingga saat ini. Bahkan Ilham menyebut masih banyak spekulasi terkait dalang dari tragedi kelam tersebut.
“Peristiwa itu masih kontroversial, siapa dalangya, bagaimana keterlibatan Amerika, ada yang menyebutnya bahwa Aidit adalah dalang tunggal, ada yang menyebut Suharto lah sebetulnya mengambil banyak keuntungan tentu dia melakukan itu semua, bahkan ada yang menyebutnya Soekarno, ada begitu banyak versi,” ucapnya.
Ilham juga memberikan pandangannya terkait film pengkhianatan G30S PKI. Ia menyebut itu bukan film sejarah, tapi film pesanan Orde Baru.
“Saya ingin katakan dan tekankan sekali lagi bahwa film itu bukanlah film sejarah. Pasti bukan film sejarah,” cetus Ilham.
“Film itu bukanlah film dokumenter. Film itu sepenuhnya adalah imajinasi dari sutradara Arifin C Noer ketika dia harus membuat film berdasarkan pesanan Orde Baru,” tandas Ilham DN Aidit. (dj/sk)
KOMENTAR