Sumbarkita – Di sebuah sudut tenang di Kota Pariaman, seorang gadis belia duduk memandangi langit sore, menatap masa depannya yang belum tentu ia raih. Namanya Huma Hira Fadila. Usianya baru 19 tahun. Di saat teman-temannya bersiap menyambut dunia kampus dengan suka cita, Huma justru bergelut dengan rasa waswas—apakah mimpi yang selama ini ia kejar akan kandas di tengah jalan hanya karena persoalan biaya?
Ia diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Negeri Padang melalui jalur prestasi. Sebuah pencapaian luar biasa yang seharusnya menjadi pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih baik. Tapi kebahagiaan itu tak utuh, karena kenyataan di rumah begitu getir.
Ayahnya, M. Dahlan, adalah penjaga sekolah dan petugas kebersihan di SMPN 4 Kota Pariaman. Dengan gaji tak lebih dari Rp700.000 sebulan, ia membanting tulang menghidupi lima anak dan istrinya. Setiap hari, setelah menyapu halaman sekolah, Dahlan mencari pekerjaan lain demi menyambung hidup. Kadang sebagai buruh lepas, kadang apa saja yang bisa memberi upah meski hanya cukup untuk makan sehari.
“Saya ingin kuliah, bukan untuk gaya-gayaan, tapi agar bisa bantu orang tua. Biar mereka nggak kerja seberat ini lagi. Saya ingin adik-adik saya juga punya kesempatan sekolah,” ujar Huma dengan suara lirih, menahan air mata yang nyaris jatuh, Kamis (10/4).
Tak ada gengsi dalam dirinya. Terlahir dari keluarga sederhana bukan aib, melainkan alasan utama ia harus berjuang lebih keras. Ia tidak malu menjadi anak penjaga sekolah. Ia bangga punya orang tua yang jujur, pekerja keras, meski hidup dalam serba kekurangan.
“Ada yang bilang, kalau miskin jangan mimpi tinggi-tinggi. Tapi saya percaya, mimpi itu hak semua anak. Tuhan tidak menciptakan cita-cita hanya untuk orang kaya,” lanjutnya, kali ini dengan mata yang sudah basah.
Ayahnya, yang mendengar ucapan itu, hanya bisa menunduk. Ia bangga, tapi juga hancur hati. Karena sebagai ayah, ia belum bisa memberi yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun ia tidak menyerah.
“Kadang saya kerja serabutan setelah pulang dari sekolah. Apa saja yang penting halal. Tapi saya sadar, penghasilan segitu nggak akan cukup untuk biaya kuliah anak saya. Saya cuma bisa berdoa dan terus mencoba,” katanya, suaranya bergetar menahan emosi.